Selasa, 20 November 2012

INTERNATIONAL PENELITIAN JURNAL FARMASI



NAMA : RUSMAYANTI
No. Bp : 1101084

RANGKUMAN

INTERNATIONAL PENELITIAN JURNAL FARMASI
www.irjponline.com
ISSN 2230 - 8407
Penelitian Pasal
ANALISIS BERBAGAI MERK tablet parasetamol 500mg DIGUNAKAN di Maiduguri,
MENGGUNAKAN VIOLET ULTRA SPEKTROFOTOMETRI DAN
KINERJA TINGGI LIQUID kromatografi (HPLC) METODE
Sani Ali. Audu
1.       Alemika Emmanuel. Taiwo
2.      Bala Fatima. Mohammed
3.      Sani Musa dan Ramat. Bukola

1 . Departemen Kimia Farmasi, Universitas Maiduguri, Nigeria
2.  Departemen Farmasi dan Obat Kimia, Universitas Jos, Jos, Nigeria
3.  Departemen Hematologi, Universitas Ilorin Pengajaran Rumah Sakit, Ilorin, Nigeria

Pasal Diterima on: 02/04/12 Direvisi: 12/06/12 Disetujui untuk publikasi: 21/07/12


Sani Audu Ali, Departemen Farmasi Kimia, Fakultas Farmasi Universitas Maiduguri, PMB 1.069 Maiduguri, Nigeria

ABSTRAK
Studi ini melibatkan analisis kuantitatif dari delapan (8) merek yang berbeda (sampel) dari tablet Parasetamol 500mg digunakan di Maiduguri, menggunakan Ultra Violet
Spektrofotometri dan metode High Performance Liquid kromatografi, di mana sampel dilarutkan dalam 0,1 M NaOH dan air suling dan
absorbansi mereka berbagai ditentukan pada panjang gelombang 257nm dan metode HPLC. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan yang standar.
Persentase konten dan konten dalam mg untuk setiap sampel dihitung dengan menggunakan absorbansi dan daerah puncak sampel dan standar, untuk melihat apakah
berada dalam batas yang ditentukan oleh buku-buku resmi (90% -110% sesuai dengan USP). Isi Persentase sampel dianalisis menggunakan metode HPLC rentang
51,04-103,84%, sedangkan menggunakan metode UV itu berkisar 50,19-109,1%, menunjukkan tidak ada sampel mengandung kurang dari 50% dari prinsip aktif. Itu
diamati bahwa lima (5) Sampel Neimeth, Unclu P, Palmol, Emzol, Fidson, dari delapan (8) Neimeth, Unclu P, Palmol, Emzol, Shekdol, Fidson, Nemel,
Arenol, dianalisis bertemu batas USP ditentukan. Setelah perhitungan deviasi standar dan koefisien variasi dari dua metode yang digunakan, yang
adalah 123,5 dan 27,7% masing-masing untuk metode UV dan 82,67 dan 20,4% masing-masing untuk metode HPLC, itu juga mengamati bahwa metode HPLC lebih
cocok untuk jenis seperti penelitian daripada metode UV,
Kata kunci: Parasetamol, HPLC, Ultra Violet Spektrofotometri

PENDAHULUAN

Analisis berarti pemeriksaan sesuatu secara rinci dalam memesan untuk memahami lebih baik atau menarik kesimpulan dari itu

Analisis kimia melibatkan tubuh prosedur dan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur kimia komposisi sampel suatu zat,

1.      Analisis farmasi mengacu pada analisis kimia molekul obat atau agen obat dan metabolitnya. Ini terdiri dari estimasi kualitas dan kuantitas obat dan bahan kimia, yang digunakan dalam farmasi persiapan,
2.       Parasetamol merupakan bagian dari obat yang dikenal sebagai "anilin analgesik ". Ini adalah satu-satunya obat tersebut masih digunakan sampai sekarang

Sekarang diklasifikasikan sebagai non-steroid obat anti inflamasi (NSAID)
oleh beberapa sumber, dan bukan sebagai NSAID oleh orang lain, sementara sebagian
sumber jelas membedakan mereka

Parasetamol (C8H9NO2 ) Acetaminophen juga disebut adalah 4'- hydroxyacetanilide dan turunan dari anilina, ini adalah yang paling banyak digunakan analgesik dan obat antipiretik, Ini tersedia
dalam formulasi yang berbeda yang digunakan di seluruh dunia karena efisiensi yang lebih tinggi dan toleransi, efek samping yang lebih rendah dan toksisitas dari zat lain

TINJAUAN PUSTAKA
A.    Parasetamol
            Acetaminophen atau Parasetamol adalah obat analgetik dan antipiretik yang digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal atau sakit ringan dan demam. Parasetamol digunakan dalam sebagian resep obat analgetik selesma dan flu. Berbeda dengan obat analgetik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parastamol tidak memiliki sifat antiradang.
            Parasetamol merupakan derivate dari asetanilida yang efek enalgetiknnya dapat diperkuat dengan koffein dengan kira-kira 50% dan codein. Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah dan anoreksia. Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya 8-10 jam setelah intoksikasi. Penggunaan parasetamol dalam dosis besar dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada hati, untuk itu parasetamol dikontraindikasikan untuk pasien dengan gangguan fungsi hati berat. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai susu ibu. Interaksi dengan dosis tinggi memperkuat efek antikoagulansia dan pada dosis biasa tidak interaktif ( Tjay, 2000).
            Cara kerja parasetamol sebagai analgetik dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit pada prostalglandin. Cara kerja parasetamol sebagai antipiretik diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus.
            Parasetamol merupakan obat yang sangat aman, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Sejumlah besar parasetamol akan melebihi kapasitas kerja hati, sehingga hati tidak dapat menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Akibatnya, terbentuk suatu zat racun yang dapat merusak hati. Keracunan parasetamol pada anak-anak yang belum mencapai masa puber jarang berakibat fatal. Pada anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun overdosis
acetaminophen dapat menyebabkan kerusakan hati.

Nomenclature :
Nama Latin     : Acetaminophen
INN                 : Paracetamol
Nama Kimia    : N-(-4-hydroxyphenyl)ethanamide
                          N-acetyl-para aminophenol
Rumus Kimia  : C8H9NO2
Bobot Molekul: 151,2
Bentuk Fisik    : serbuk Kristal putih tidak berbau
Kelarutan        : 1 bagian larut dalam 70 bagian air

B. SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

UV-VIS-Spektrofotometer
Gambar 1 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer adalah alat untuk menukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana detector dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat dalam larutan tersebut.
Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplementer dari warna yang teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna komplementernya terdapat pada tabel berikut ini :
Panjang gelombang
Warna terlihat
Warna komplementer
<400
Ultraviolet
-
400-450
Violet
Kuning
450-490
Biru
Jingga
490-550
Hijau
Merah
550-580
Kuning
Ungu
580-650
Jingga
Biru
650-700
Merah
Hijau
>700
Inframerah





Tabel 1 Spektrum Warna
Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua berkas oleh cermin yang berputar pada bagian dalam spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati kuvet berisi blanko, sementara berkas kedua akan melewati kuvet berisi sampel. Blanko dan sampel akan diperiksa secara bersamaan. Adanya blanko, berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya.

A.  Prinsip kerja
Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.
http://wanibesak.files.wordpress.com/2011/07/conventionalspectrophotometercopy_thumb1.jpg?w=665&h=357

B.   Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis

1.       Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber  cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
a.       Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian.

b.      Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

2.      Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi  cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :




a.       Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

b.      Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

c.       Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

d.      Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.

3.      Kompartemen sampel
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis. Pada spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan sebagai tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan untuk menaruh blanko. Sementara pada spektrofotometer single beam, hanya terdapat satu kuvet.

Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
a.       Permukaannya harus sejajar secara optis
b.      Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
c.       Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
d.      Tidak rapuh
e.       Bentuknya sederhana

Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer. Umumnya pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa atau plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv, sehingga tidak digunakan pada saat pengukuran di daerah UV.  Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah panjang gelombang yang digunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah panjang gelombang yang digunakan.
UV : fused silika, kuarsa
Visible : gelas biasa, silika atau plastik
IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion

Bahan
Panjang gelombang
Silika
150-3000
Gelas
375-2000
Plastik
380-800
Tabel 2 Bahan Kuvet Sesuai Panjang Gelombang


4.      Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer).
Terdapat beberapa jenis detector pada spektrofotometer :
Jenis detector
λ range (nm)
Sifat pengukuran Penggunaan
Phototube
150 – 1000
arus listrik UV
Photomultiplier
150 – 1000
arus listrik UV/Vis
Solid state
350 – 3000

Thermocouple
600 – 20.000
arus listrik IR
Thermistor
600 – 20.000
hambatan listrik IR
Tabel 3 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang
Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah :
-          Mempunyai kepekaan tinggi
-          Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
-          Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi
-          Sinyal listrik ayng dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi

5.      Visual display
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

C.   Prosedur Kerja
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.

D.   Cara Perawatan dan Penyimpanan Alat
1.       Sebelum digunakan, biarkan mesin warming-up selama 15-20 menit.
2.      Spektrofotometer sebisa mungkin tidak terpapar sinar matahari langsung, karena cahaya dari matahari akan dapat mengganggu pengukuran.
3.      Simpan spektrofotometer di dalam ruangan yang suhunya stabil dan diatas meja yang permanen.
4.      Pastikan kompartemen sampel bersih dari bekas sampel.
5.      Saat memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering.
6.      Lakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban secara teratur.




E.   Hal-hal yang harus diperhatikan

1.       Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur dengan menggunakan lampu UV.
2.      Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.

3.      Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

F.    Kelebihan Spektrofotometer


1.      Penggunaannya luas. Dapat digunakan untuk senyawa organic, anorganik dan biokimia yang diabsorbsi pada daerah ultraviolet maupun daerah tampak
2.       Sensitivitasnya tinggi. Batas deteksi untuk mengabsorbsi dapat diperpanjang menjadi 10-6 sampai 10-7 M
3.      Selektivitasnya tinggi
4.      Ketelitiannya baik
5.      Pengukurannya mudah, dengan kinerja yang cepat






C.    Tablet
            Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok ( menurut FI III). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (menurut FI IV).
            Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.      Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2.      Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3.      Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
4.      Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5.      Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6.      Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7.      Bebas dari kerusakan fisik
8.      Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9.      Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10.  Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
Komponen tablet yaitu :
1.      Zat aktif
2.      Zat tambahan (eksipien)
a.       Bahan pengisi (dilluent/filler)
b.      Bahan pengikat (binders)
c.       Bahan penghancur (disintegrants)
d.      Bahan pelican (anti frictional agents)
·         Lubricants
·         Glidants
·         Anti adherent
Beberapa metode granulasi adalah sebagai berikut :
1.      Granulasi basah
2.      Granulasi kering
3.      Kempa langsung



EVALUASI TABLET parasetamol
Seperti untuk setiap tablet lainnya, evaluasi parasetamol tablet melibatkan evaluasi kuantitatif dan penilaian ini tablet kimia, sifat fisik dan bioavailabilitas. Ini adalah penting dalam desain obat dan untuk memonitor kualitas

Ada berbagai standar yang telah ditetapkan dalam berbagai farmakope mengenai kualitas tablet parasetamol. Ini termasuk diameter, ukuran, bentuk, berat, ketebalan, kekerasan, disintegrasi dan pembubaran karakter. Itu standar berikut atau tes kendali mutu harus dilakukan
keluar pada tablet parasetamol

· Umum penampilan
· Konten keseragaman
· Mekanik kekuatan tablet
· Disintegrasi uji
· Uji disolusi

METODOLOGI
Banyak metode yang tersedia dalam literatur untuk pemeriksaan Parasetamol tablet, banyak dari mereka sekarang hanya dari sejarah bunga. Untuk tujuan penelitian yang akurat kinerja tinggi kromatografi cair lebih disukai untuk, presisi sensitivitas dan kesederhanaan, Namun, untuk pengujian cepat Parasetamol pada pasien rumah sakit, Metode enzim sederhana kalorimetrik berbasis umum digunakan. Parasetamol dapat assay dengan estimasi kuantitatif dengan menggunakan UV Spektrofotometri atau dengan titrasi kembali menggunakan 0,1 M
amonium sulfat besi sulfat sebagai titran dan besi solusi sebagai indikator .



CONTOH COLLECTION

Delapan (8) sampel tablet Parasetamol 500mg adalah diperoleh dari toko-toko farmasi dalam berbagai Maiduguri, yang Sampel diperoleh bersama dengan paket mereka dan penerimaan.

PRAKTIS METODE

Metode yang digunakan untuk tujuan penelitian ini adalah Cair kinerja UV Visible spektrofotometri dan tinggi kromatografi metode.

PRAKTIS PROSEDUR

Tablet diuji menggunakan spektrofotometri
berikut prosedur
1.       Berat rata-rata dari tablet dari sampel masing-masing ditentukan oleh beratnya sepuluh (10) tablet dan membagi menghasilkan sepuluh.
2.      tablet kemudian ditumbuk menggunakan alu bersih dan mortir (yaitu untuk setiap sampel).
3.       Untuk setiap bubuk, sampel yang mengandung 0.15g (150mg) dari Parasetamol secara akurat ditimbang dan ditransfer ke differents 200ml volumetrik termos. Semua 8 sampel berlabel menggunakan pena dan selotip.
4.      Untuk setiap labu ukur, 50ml dari 0,1 M NaOH dan 100ml air suling ditambahkan, dan disonikasi untuk beberapa menit untuk melarutkan molekul obat. Setelah sonicating, yang Volume dibuat untuk 200ml dengan air suling.
5.      Campuran dalam termos setiap kemudian dicampur dengan baik dan disaring melalui kertas saring ke dalam gelas bersih.
6.      Dari filtrat, 10ml diambil dengan menggunakan pipet dan dipindahkan ke dalam labu ukur 100ml, air suling adalah kemudian ditambahkan untuk membuat volume.
7.      Dari solusi yang dihasilkan di atas (6), 10ml diambil dengan pipet ke dalam labu ukur 100ml dan 10 ml 0,1 M NaOH ditambahkan, air suling kemudian ditambahkan dan membuat volume. 8
8.       The Spektrofotometer UV dimasukkan nol dengan menjalankan baseline (antara 200-400nm) menggunakan 0,1 M larutan NaOH sebagai kosong.
9.      Absorbansi sampel masing-masing ditentukan pada 257nm, dengan menempatkan sejumlah kecil sampel ke dalam sebuah cuvette, dan cuvette dimasukkan ke dalam mesin. Prosedur yang sama
10.  The diulang untuk standar menggunakan 150mg dari standar bubuk, dan absorbansi ditentukan, yang digunakan untuk menghitung persentase konten dan konten (dalam mg) dari Parasetamol dari setiap merek. Konsentrasi
11.   dari setiap sampel juga ditentukan menggunakan hukum Beer Lambert

Tablet yang diuji oleh Cair Kinerja Tinggi Kromatografi, menggunakan prosedur berikut

1.      Fase gerak yang mengandung metanol dan air dalam rasio 20:80 disiapkan. Hal ini dilakukan dengan mengukur 300ml metanol dan 1200ml air suling menjadi 2000ml mengukur silinder, dan menempatkan ke sonikator untuk sepuluh (10) menit. Hal ini kemudian dihapus dan disaring menggunakan membran filter dan pompa vakum.
2.       Dari contoh obat bubuk, bubuk mengandung 20mg Parasetamol ditimbang dari setiap sampel, dan kemudian ditransfer ke dalam labu ukur 50ml masing-masing, dan berlabel.
3.      50ml dari fase gerak diukur dan ditambahkan ke setiap labu ukur, dan dimasukkan ke sonikator untuk lima (5) menit, untuk molekul obat untuk membubarkan.
4.      Setelah sonicating selama lima menit, solusi yang kemudian disaring melalui kertas saring ke dalam gelas bersih.
5.       5ml masing-masing filtrat diambil dan dimasukkan ke dalam 50ml berbeda labu ukur, dan fase gerak ditambahkan untuk membuat volume.
6.       Dari solusi di atas (5), sebagian kecil dari masing-masing kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel yang berbeda kromatografi, dan botol itu dimasukkan ke mesin di lokasi yang berbeda.
7.      Cukup dari fase gerak dimasukkan ke dalam tangki kromatografi, mesin diletakkan pada, dan pengaturan dibuat untuk memilih botol yang akan dijalankan. The terhubung komputer menampilkan hasil analisis di layar (yaitu kromatogram), dan ini dicetak dengan bantuan dari terhubung printer.
8.       Prosedur yang sama dilakukan dengan menggunakan 20mg dari standar Parasetamol bubuk, dan hasilnya digunakan untuk menghitung persentase kandungan dan konten (dalam mg) dari masing-masing contoh



HASIL DAN PEMBAHASAN

TABEL 1: MENUNJUKKAN ATAS BERAT RATA-RATA DARI TABLET
BERBEDA MEREK
SAMPEL A
BERAT (mg)

SAMPEL A
603.57mg
CONTOH B
547.95mg
CONTOH C
576.76mg
CONTOH D
548.29mg
CONTOH E
596.41mg
CONTOH F
562.92mg
CONTOH G
600.65mg
CONTOH H
546.01mg


TABEL 2 MENUNJUKKAN ATAS HASIL YANG DIPEROLEH DENGAN METODE UV.
CONTOH SOLUSI
KONSENTRASI (mg / ml)
Absorbansi
KONTEN % (%)
KONTEN (mg)
A
0.000787
0.563
109.1
545.5
B
0.000669
0.479
92.8
464
C
0.000648
0.464
89.92
449.6
D
0.000718
0.514
99.6
498
E
0.000612
0.438
84.88
424.4
F
0.000913
0.653
126.55
632.75
G
0.000362
0.259
50.19
250.95
H
0.000437
0.313
60.65
303.25
STANDAR
0.000723
0.516





TABEL 3 MENUNJUKKAN HASIL YANG DIPEROLEH DENGAN METODE HPLC
CONTOH SOLUSI
KONSENTRASI (mg / ml)
PUNCAK AREA
KONTEN%  (%)
KONTEN (mg)

A
0.048
3114454
91.30
456.5
B
0.043
2747979
80.56
402.8
C
0.046
2894978
87.50
437.5
D
0.043
2883187
84.52
422.6
E
0.047
2903289
85.11
425.6
F
0.045
3542274
103.84
519.2
G
0.048
1740913
57.04
255.3
H
0.043
2156272
63.2
316.0
STANDAR
0.040
3411157




Tabel 4 menunjukkan perhitungan standar deviasi dan koefisien variasi metode UV
SAMPEL
Mg ISI (X)
XX
(XX) 2
A
545.9
99.8
9960.04
B
464
17.9
320.41
C
449.6
3.5
12.25
D
498
51.9
2093.61
E
424.4
-21.7
470.89
F
632.8
186.7
34856.89
G
250.95
-195.15
38083.52
H
303.3
-142.8
20391.84







Tabel 5 menunjukkan perhitungan standar deviasi dan koefisien variasi metode HPLC.
SAMPEL
Mg ISI (X)
XX
(XX)2
A
456.5
52.1
2714.41
B
402.8
-1.6
2.56
C
437.5
33.1
1095.61
D
422.5
18.1
327.61
E
425.6
21.2
449.44
F
519.2
114.8
13179.04
G
225.2
-179.2
22260.64
H
316
-88.4
7814.56


Tabel 6 menunjukkan, mean variance, standar deviasi (SD) dan koefisien variasi (CV) dari dua metode
METODE
MEAN (X)

VARIANS (S 2 ) = [Σ (xx) 2 / N-1]

SD = √2 S

CV = SD / X x100%

UV
446.1
15255.63
123.5
27.7
HPLC
404.4
6834.83
88.67
20.4

PEMBAHASAN

Menurut United State Pharmacopoeia (USP). Parasetamol tablet harus mengandung tidak kurang dari 90% (450mg) dan tidak lebih dari 110% (550mg) parasetamol. Isi Persentase sampel dianalisis menggunakan HPLC berkisar 51,04-103,84%, sementara menggunakan UV itu berkisar dari 50,19-109,1%, menunjukkan tidak ada sampel mengandung kurang dari 50% dari prinsip aktif. Dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan spektrofotometri metode, dapat dilihat bahwa sampel A, B, C dan D berlalu, karena semua dari mereka adalah dalam batas yang ditentukan oleh USP, sedangkan E, F, G dan H gagal, karena E, G, dan H mengandung bawah ditentukan batas oleh USP, dan F di atas batas. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan Cair Kinerja Tinggi .

Kromatografi (HPLC) menunjukkan bahwa sampel A dan F hanya lulus dibandingkan dengan batas yang ditentukan dalam USP, karena mereka semua jatuh dalam batas. Sementara B, C, D, E, G, dan H semua gagal karena mengandung kurang dari batas yang ditentukan.

KESIMPULAN
Parasetamol merupakan agen yang paling banyak digunakan untuk meringankan ringan sampai moderat nyeri, termasuk kasus sakit kepala ketegangan, migrain, nyeri otot, neuralgia, sakit punggung, nyeri sendi, nyeri rematik, sakit umum, sakit gigi, gigi nyeri, dan nyeri periode. Sangat cocok untuk kebanyakan orang, termasuk orang tua dan anak-anak muda karena sisinya sedikit efek. Parasetamol juga digunakan sebagai anti piretik yang dapat mengurangi demam dengan mempengaruhi bagian otak yang dikenal sebagai hipotalamus yang mengatur suhu tubuh.
Secara khusus, parasetamol telah diberikan kepada anak-anak setelah mereka telah memberikan vaksinasi untuk mencegah mereka mengembangkan pasca-imunisasi demam atau demam.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel A, B, C, D, dan F adalah satu-satunya merek yang berada dalam batas yang ditentukan sebagai laid turun oleh USP, seperti A lewat di kedua dua metode, B, C, D dalam metode UV dan F dalam metode HPLC.
Metode HPLC lebih cocok untuk pemeriksaan parasetamol tablet daripada metode UV karena prosedur memerlukan pengenceran kurang dari sampel sebelum analisis, yang dapat mengurangi kemungkinan kesalahan yang terkait dengan pengukuran. Juga, standar deviasi (SD) dan koefisien variasi (CV), yaitu 123,5 dan 27,7%
masing untuk metode UV dan 82,67 dan 20,4% masing untuk metode HPLC berfungsi sebagai bukti untuk Perbedaan antara dua metode, menunjukkan bahwa Metode HPLC lebih akurat dan sensitif dibandingkan UV Metode.








REFERENSI
1.      Microsoft Encarta Premium, 2009.
2.      Ahmad M. Zaffer, dan Mohammed Ali (2009). Farmasi Analisis: Dalam buku teks Analisis Obat Edisi Pertama Farmasi. Pp 1-7.
3.      Bertolini A., A. Ferrari, Ottani A., Guerzoni s, Tacchi R. dan Leone s.., (Fall / Winter, 2006). "Parasetamol: vistas Baru obat tua" (PDF). SSP obat ulasan 12 (3-4): 250-275.
4.      Altinoz, MA, Korkmaz, R (2004). "NF-Kappa B, makrofag migrasi hambat faktor dan hambatan cyclo oxygenase sebagai mekanisme kemungkinan belakang acetaminophen dan NSAID-pencegahan ovarium yang kanker ". Neoplasma 51 (4): 239-247.
5.      http://en.wikipedia.org/wiki/File:Paracetamol-skeletal.svg
6.      Budavári S. The Merck Index: sebuah ensiklopedia bahan kimia, obat-obatan dan biologi, 12 th ed. Rahway, New Jersey, Merck dan Co, Inc (1996).
7.      Penna A. Buchanan dan N., Parasetamol keracunan pada anak-anak dan hepatotoksisitas. J. Clin. Pharmac. 32 (1991) 143-149.
8.      Rippie E. (1990) Kompresi bentuk sediaan padat. Dalam: Ensiklopedia Teknologi Farmasi; Swarbrick. J., (Eds) Mercel Dekker Inc: NY. Vol. 3. Pp149-166.
9.      Stewart MJ dan Watson ID; 1987; ulasan Analytical dalam Clinical Kimia: metode untuk estimasi salisilat dan parasetamol im serum, plasma dan urin, Annals of Clinical Biochemistry, 24, Pp 552 - 565.
10.  Olaniyi A Ajibola. (2005). Analgesik, Antipiretik dan Non-steroid anti inflamasi Obat: Dalam buku teks kimia obat Esensial Edisi ketiga. Diterbitkan oleh publikasi Harapan, dicetak oleh Omoade cetak, Ibadan, pp205
11.  British Pharmacopoeia 2008, HM kantor Stationary, London, 2008, Vol. 3, Pp.2968
12.  Amerika Serikat Pharmacopoeia 2007, kompendium resmi Standar, Vol. 2, Pp. 1.269.

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Zysk AM dkk. 2007. Needle Based Reflection Refractometry of  Scattering Samples Using Coherence  Gated Detection. Di dalam Opticts Express (15) No. 8. USA: University of Illinois at Urbana Champaign.
Anonim. 2011. Portable Salinity Refractometer with ATC: User’s Guide. http://www.extech.com/instruments/resources/manuals/rf20_um.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar